Riau Pada Zaman Kemerdekaan: Sosial-Ekonomi

Bookmark and Share


A. kehidupan social-ekonomi pada zaman revolusi-fisik

Setelah keka;ahan Jepang dan pemerintahan beralih ke tangan pemerintahan RI, penderitaan-penderitaan rakyat serasa lenyap. Rakyat bebas dari ketakutan walaupun keadaan baru tersebut tidak serta-merta mendatnagkan kesejahteraan lahiriah.[1] Pada saat itu yang amat memprihatinkan ialah masalah kesehatan yang cukup parah melanda Riau. Hal itu dikarenakan kurangnya prsediaan obat-obatan untuk membasmi beberapa penyakit yang melanda daerah tersebut sebutlah cacar, disentri, dan sebagainya. Walaupun demikian situasi itu mampu diatasi secara perlahan-lahan. Misalnya bahan makanan yang sudah mulai tersedia di pasaran dan dengan di jebolnya gudang-gudang persedian Jepang membuka jalan untuk memperbaiki masalah tersebut. Hasil-hasil pertanian sudah bebas di bawa kepasaran. Bahkan barang-barang serta makanan kaleng yang awalnya di drop oleh Sekutu yang di gunaklan oleh mereka untuk keperluan bekas-bekas tawanan pun sudah mengalir bebas di dunia pasar bebas. Di sana ada suatu kantor yang khusus menangani kemaknuran. Kantor ini mengadakan persedian beras denga jalan membelinya dari Sumatra Barat dan di distributorkan kepada pegawai-pegawai dan rakyat dengan memakai kupon.Begitu juga dengan bahan-bahan pakaian yang di distirbutorkan kepada pegawai serta rakyat. Pada saat itu juga telah terjalin hubungan dengan dunia luar. Dalam hal ini terhadi sebuah perdagangan antara Riau dengan negri tetangga, Singapura. Riau mengekspor hasil-hasil pertanian terutama karet dan kopra. Sedangkan Singapura sendiri mengimpor barang-barang konsumsi keperluan rakyat. Banyak kapal-kapal pribumi mulai beroperasi sebut saja Sikat Mas, Sempurna, Bonang Mas, Jarum Emas, Cempaka,, Mutiara, dan lain-lain. Denagn adanya bahkan di tunjang dengan kelancaran hubungan ini terjadsebuah perubahan yang positif bagi masyarakat Riau yaitu dalam taraf kehidupan yang mulai mengalami peningkatan.

Pendidikan pun mulai digiatkan. Di Pekanbaru dalam tahun 1946 didirikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), merupakan sekolah pertama yang didirikan di Riau. Sekolah-sekolah dasar juga sudah banyak didirikan. Tetapi keadaan social-ekonomi pada saat itu yang mulai membaik sedikit terganggu karena situasi yang makin gawat antara RI dengan Belanda. Pada waktu agreasi Belanda 1, perairan Riau di blockade oleh kapal-kapal perang Belanda sehingga perdaganagan ke Singapura jadi terhambat. Untuk mengatasi masalah tersebut, atas kegiatan dan penuka-pemuka rakyat di organisir penerobosan terhadap blockade Belanda dengan membawa barang-barang ke Singapura yang di pusatkan di berbagai daerah pelabuhan seperti BaggansiApi-pai, Batam Tua, Sungai Apit, Selatpanjang, Penyalai dan Tembilahan. Kekurangan bahan makanan tersebut di atasi dengan mendatangkan sagu, jagung, dan lain-lain.[2]

Pada agresi Belanda ke-II, perhatian pemrintah terhadap ekonomi masyarakat di pusatkan untuk mendukung perjuangan. Daerah yang tidak mendapat gangguan oleh pihak Belanda, kehidupan social-ekonomi sehari-hari berjalan normal dan pada daerah-daerah yang diduduki oleh Belanda di atur agar sumber ekonomi dapat di kuasai oleh RI. Indonesia melakukan system pemindahan pasar dan membuat jalan-jalan baru untuk lalu liantas ekonomi, dengan demikian blockade yang di jalankan Belanda dapat di atasi. Sungai siak dan Indragiri yang merupakan lalu-lintas ekonomi yang penting telah di Blokade Belanda. Makanya inisiatif dari pemnerintah untuk memindahkan pusat serta jalan lalu-lintas ekonomi nya di pindahkan.Pemindahannya di alihkan ke Sungai Kampar dan Sungai Rokan. Kenapa pemindahannya kesana ? itu dikarenakan keadaan alam di daerah tersebut sangat sulit untuk di control oleh Belanda. Hasil dari Sunagi Kampar itu ialah beacukai yang di pusatkan di Muara Soko. Yang hasilnya itu langsung di bawah pengawasan Gubernur Militer Riau dan sebagian wewenangnya di delegasikan kepada para bupati militer di daerah masing-masing untuk di berikankepada rakyatnya untuk digenakan sebagai bahan perjuangan sehingga tidak terlalu membebani rakyat.

B. Kehidupan social-ekonomi setelah pemulihan kedaulatan

Setelah pemulihan kedaulatan, pemerintah giat meningkatkan perekonomian dan kemakmuran rakyat. Untuk perdagangan impor dan ekspor di atur sedemikian rupa sehingga kebocoran-kebocoran termassuk penyelundupan dapat di atasi.KepulauanRiau sangat sulit untuk mengatur perekonomiannya.Sejak masa penjajahan Belanda, Kepulauan Riau merupakan daerah bebas bea cukai, sehingga perdagangan dengan Singapura dapat di lakukan seperti di dalam negri sendiri.[3] Pada saat itu perekonomian di daerah Kepulauan Riau sangat tergantung pada Singapuran karena mata uang yang berlaku mata uang dollar Mallaya/Singapura. Lagi pula kebutuhan pokok di sana menyupali dari Singapura.

Sedangkan untuk daerah Riau Daratan di kabupaten Bengkalis berlaku system Barter Consignasi, khusus untuk ekspor ke Singapura. Sedangkan untuk kabupaten Kampar dan Indragiri di perlakukan system LC (Latter of Cedit). Sistem barter consignisi itu, prosedurnya sangat sederhana. Para eksportir merangkap imoportir. Umumnya penduduk daerah Riau terdiri dari petani dan nelayan, sehingga bidang perdagangan di pegang oleh kaum pendatang dan orang Cina. Khusus orang Cina ini, mereka telah memegang kunci perdagangan semenjak dahulu kala sampai ke kampong-kampung. Sehingga peran orang CIna sangat mendukdung perekonomian di Riau.

C. Kehidupan social-ekonomi sesudah terbentuknya Daerah Tingkat 1

Terbentuknya provinsi Riau pada saat-saat pergolakan PRRi dalam masa klimaksnya yang berpusat di Sumatra Tengah yang secara langsung melibatkan daerah Riau. Maka sudah menjadi tugas utama bagi Pemerintah Daerah Provinsi Riau yang baru terbentuk itu untuk mencurahkan perhariannya untuk memelihara keamanan daerah ini. Akibat gangaguan keamanan maka perekonomian menjadi kacau.

Setelah daratan Riau dapat di bebaskan dari PRRI, kemudian Letkol. Kaharudin Nasution di angkat menjadi Gubernur dan ibukota dipindahkan ke Pekanbaru. Kemudian pemerintah langsung mengambilinisiatif untuk membangun kembali Riau dengan beberapa kebijakan yang di lakukan secara konskuen dan itu terbukti dengan menambahnya kas yang kosong.

Namun ada suatu waktu diamana Riau mengalami masa kesulitan keuangan. Pada waktu konforntasi antara Indonesia dengan Malaysia Singapura pada tahun 1963. Daerah Riau langsung berbatsan dengan kedua Negara itu, makanya Riau mengenban semua konsekuensinya. Arus barang terhenti total baik keluar maupun masuk. Disampaing itu Riau juga di jadikan basis militer dalam menghadpi Malaysia/Singapura. Sempat juga ada gossip bahwa para tentara yang sukarelawan tersebut terdiri dari orang-orang PKI yang di tempatkan hamper merata di seluruh wilayah. Hal ini membuat Riau semakin parah karena betul-betul seperti dalam keadaan perang.

Setelah PKI runtuh dan beringingan dengan berdirinya ORBA, maka tugas ORBA lah yang melaksanakan tugas pembinaan ulang kea rah kemajuan. Makamulailah pembinaan sejak tahun 1966 untuk membangun kembali keadaan social-ekonomi Riau yang melipiti segala aspek kehidupan. Hasilnya cukup memuaskan untuk membangun kembali Riau.Apalagi setelah adanaya PELITA yang mendukung beberapa aspek kehidupan di Riau meningkat sebut saja dalam bidang perdagangan, pertambangan, pertanian, dan social.

Sumber

PROYEK PENELITIAN DAN PENCATATAN KEBUDAYAAN DAERAH,:1977/1978, SEJARAH DAERAH RIAU. JAKARTA, PUSAT PENELITIAN SEJARAH DAN BUDAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN.


1.PROYEK PENELITIAN DAN PENCATATAN KEBUDAYAAN DAERAH: SEJARAH DAERAH RIAU:1977/1978, JAKARTA

Wira Syafutra