Cerita Tentang Ring of Fire

Bookmark and Share


Saya pernah membaca sebuah artikel saya lupa di koran atau majalah, yang jelas kalimat pertama pada artikel itu begitu menarik, tulisannya adalah sebagai berikut: “kalau seandainya pada perang Diponegoro sudah ada twitter dan facebook, maka cerita perang Diponegoro mempunyai cerita yang berbeda dengan yang tertulis di buku sejarah.” Saya jadi tersenyum sendiri, dan dalam hati menyetujui tulisan tersebut.

Lalu apa hubungannya dengan gunung meletus dan negeri Indonesia yang merupakan barisan pertama dari ring of fire?

Pertama saya akan mengulas sedikit tentang tulisan expedisi cincin api yang ditulis KOMPAS. Berdasarkan sejarah tiga gunung besar yang pernah meletus pada jaman kuda gigit besi telah merubah ekosistem dunia, tapi hanya berita tentang kedasyatan meletus gunung Krakatau saja, yang bisa segera diketahui karena pada saat itu telegram sudah diketemukan. Dua gunung yang meletus sebelumnya Tambora (NTT) dan terjadinya Toba ( Medan ) diketahui dari jejak sejarahnya itu memerlukan waktu beberapa ratus tahun.

Kedua saya menyukai tulisan tentang lingkungan, gunung meletus, gempa bumi, dan angkasa luar. Dengan membaca ulasan expedisi cincin api tersebut saya benar-benar terpesona, dan membayangkan betapa dasyatnya letusan tiga gunung itu.

Sekarang ini dengan adanya teknologi saya dengan mudah mencari informasi tersebut di internet. Peran teknologi membuat kedasyatan gunung meletus, gempa bumi dan meteor yang akan jatuh bisa langsung tersebar di seluruh pelosok dunia. Menimbulkan empati yang membacanya dan peran teknologi juga membuat hasil penelitian yang mengungkapkan penyebab gunung merapi, dan gempa bumi bisa lebih jelas.

Dari artikel yang ditulis KOMPAS menunjukkan kalau orang jaman dulu menuliskan pengalaman gunung meletus dengan puisi. Sehingga generasi sekarang kurang memahami bagaimana mengerikannya kejadian saat itu, dan berapa korban yang mati. Setelah melewati dua ratus tahun kemudian tulisan itu diteliti, ditulis ulang dan kemudian disebarkan melalui blog atau artikel. Baru pembaca yang membaca artikel tersebut akan bisa merasakan bagaimana dasyatnya gunung Tambora meletus, yang menyebabkan setahun tanpa musim panas, dan bagaimana mengerikannya tsunami menerjang daratan disebabkan meletusnya gunuung Krakatau, dan tulisan itu membuat penduduk Indonesia menjadi lebih dewasa dalam menyikapi bencana.

Ada baiknya kita jangan berhenti menuliskan tentang bencana hebat yang terjadi di abad ini maupun di masa kuda gigit besi dengan bahasa yang menarik, dengan begitu tulisan tentang bencana yang sudah terjadi bisa menjadi pembelajaran anak cucu.

Diyah Pitaloka