Gunung Gamalama

Bookmark and Share


A. Sejarah

Gunung Gamalama adalah sebuah gunung stratovolcano kerucut yang merupakan keseluruhan Pulau Ternate, Kepulauan Maluku, Indonesia. Pulau ini ada di pesisir barat Pulau Halmahera yang ada di bagian utara Kepulauan Maluku. Selama berabad-abad, Ternate adalah pusat bentengPortugis dan VOC Belanda untuk perdagangan rempah-rempah, yang telah mencatat aktivitas volkanik Gamalama.

Gunung Gamalama mempunyai ketinggian 1.715 meter di atas permukaan laut. Gunung Gamalama ditutupi Hutan Montane pada ketinggian 1.200 - 1.500 m dan Hutan Ericaceous pada ketinggian di atas 1.500 m.

Nama Gunung Gamalama diambil dari kata Kie Gam Lamo (”negeri yang besar”). Gamalama sudah lebih dari 60 kali meletus sejak letusannya pertama kali tercatat pada tahun 1538. Erupsi yang menimbulkan korban jiwa setidaknya sudah empat kali terjadi, dengan korban terbanyak jatuh pada tahun 1775. Kala itu, erupsi Gunung Gamalama melenyapkan Desa Soela Takomi bersama 141 penduduknya. Pasca letusan, di lokasi desa yang berjarak 18 kilometer dari pusat Kota Ternate itu muncul dua danau, yaitu Danau Tolire Jaha dan Tolire Kecil.

Tipe letusan Gunung Gamalama umumnya vulkano stomboli yang berlangsung di kawah utama. Erupsi freato magmatik dengan lontaran bom berstruktur (kerak roti) terkadang diakhiri lelehan lava panas (aliran piroklastik).
Gunung yang diambil dari kata Kie Gam Lamo berarti Negeri yang Besar itu tercatat sudah meletus lebih dari 60 kali. Letusan pertama yang terekam para ilmuwan terjadi pada 1538. Belum ada catatan apakah saat itu letusan menimbulkan korban jiwa atau tidak.
Letusan terbesar lain terjadi pada pada 1775 yang melenyapkan Desa Soela Takomi. Lebih dari 140 orang tercatat tewas. Dahsyatnya letusan juga meninggalkan dua danau, yaitu Tolire Jaha dan Tolire Kecil di Desa Soale Takomi yang berjarak sekira 18 kilometer dari pusat Kota Ternate.

Tetapi S. Bronto dkk. (1982) mengatakan, bahwa terbentuknya maar tersebut akibat letusan freatik yang dipicu oleh gempa tektonik berskala besar kemudian terjadi assosiasi dengan intrusi magma dengan airtanah di bawah Soela Takomi. Boleh jadi pada saat gempabumi, terbentuk rekahan dan menyusupnya air tanah dan terjadi kontak dengan heat front mengakibatkan letusan freatik (analisa penulis). Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya endapan breksi letusan dan endapan tumpuan dasar (lihat Peta Geologi Gunungapi Gamalama, 1982).
Letusan besar Gunung Gamalama lain terjadi pada 1908 yang menghasilkan leleran lava batu angus hingga ke pantai. Sisa-sisa letusan bisa dilihat di Kelurahan Kulaba, Kecamatan Ternate Utara. Letusan tersebut memakan puluhan korban jiwa.
Letusan lain terjadi pada 1988. Saat itu awan panas keluar ke arah utara dan menyapu ratusan rumah di Kota Ternate.
Letusan yang sama juga terjadi pada 1991, 1993, 2003, dan akhir 2011 ini.

Erupsi terakhir dari gunung Gamalama terjadi pada tahun 2003. Letusan tersebut tidak besar dan tidak menimbulkan korban jiwa, namun selama lebih dari satu pekan, letusan tersebut menyemburkan abu vulkanik yang menutupi langit Ternate. Bandar Udara Sultan Babullah yang merupakanbandar udara utama dan pintu masuk ke Maluku Utara harus ditutup dan sebagian masyarakat mengungsi ke Pulau Tidore yang jaraknya terdekat dari Ternate.

Setelah letusan tahun 2003, Gamalama tidak menunjukkan gejala aktif. Namun mulai sejak tahun 2009, Gamalama kembali menunjukkan aktivitas sehingga status “Waspada” diberlakukan pada gunung tersebut karena aktivitas gunung yang meningkat. Status “Waspada” merupakan level ketiga dalam kewaspadaan gunung berapi aktif.

Karakter Letusan

Peran tektonik tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan vulkanik, terutama gunungapi yang berada dekat dengan zona penunjaman. G. Gamalama yang tumbuh di dalam zona penunjaman di Celah Sangir-Halmahera selalu terusik dengan aktifitas tektonik yang ramai di dalam celah tersebut. Tidak selalu harus meletus, tetapi paling tidak dapat mengusik stabilitas kantong fluida di bawah kerucut gunungapi.

Beberapa catatan yang menunjukkan letusan G. Gamalama yang terkait dengan naiknya aktifitas tektonik sebelumnya, antara lain Letusan 1980 didahului oleh gempa tektonik terasa beberapa hari sebelumnya. Letusan 1983 juga diawali rentetan gempabumi tektonik kemudian disusul dengan meningkatnya gempa vulkanik. Dominasi tektonik yang berlangsung sejak Oktober 1991 yang berakhir dengan letusan pada Januari 1992.

Demikian juga dengan Letusan 1993 ditriger dengan gempabumi tektonik berkekuatan 5,8 pada skala Richter. Bahkan terbentuknya maar dalam tahun 1775 yang dikenal dengan Tolire Jaha juga didahuli gempabumi tektonik

Pada umumnya gempabumi tektonik berkekuatan > 4 skala Richter berpeluang memicu kantong fluida menjadi aktif, menyusul kemudian naiknya jumlah gempabumi vulkanik.

Letusan G. Gamalama pada umumnya berlangsung di Kawah Utama dan hampir selalu magmatik. Kecuali letusan yang terjadi dalam tahun 1907 yang mengambil tempat di lereng timut (letusan samping) dan menghasilkan leleran lava (Batu Angus) hingga ke pantai. Letusan 1980 juga menghasilkan Kawah Baru, lokasinya sekitar 175 m ke arah timur dari Kawah Utama. Tetapi kawah tersebut tertutup kembali oleh material ketika terjadi letusan dalam tahun 1983 dan 1988.

Tipe letusan Gamalama umumnya

vulkanian yang terkadang berakhir dengan
leleran lava. Namun sejak kegiatan 1911 lava tidak pernah lagi terjadi, tetapi awanpanas yang sebelumnya tidak pernah ada, teramati pada letusan 1988 dan 1991 atau 1993 ke arah timur puncak.

B. Potensi lokal

Lukisan Gamalama meletus tahun 1700-an dengan Benteng Yohanes Pembaptis Ternate (lukisan sekitar 1720 oleh artis tak dikenal).

Aktifitas Gunung Gamalama yang tidak pernah berhenti bergolak tidak menghentikan kehidupan 185.705 warga Ternate di kaki dan punggung Gunung Gamalama. Justru jumlah penduduk terus bertambah dengan laju pertambahan penduduk per tahun mencapai 4,72 persen atau sekitar 8.000 orang. Bangunan-bangunan baru juga terus bermunculan karena adanya kota Ternate yang merupakan pintu masuk ke Provinsi Maluku Utara.

Aktivitas gunung Gamalama yang berkelanjutan juga memunculkan adanya tradisi Kololi Kie, yang kini digelar rutin setiap bulan April sebagai salah satu pertunjukan dalam Festival Legu Gam, pesta rakyat Maluku Utara. Tradisi masyarakat Gamalama warisan nenek moyang ini berupa sebuah ritual tradisional mengitari Gunung Gamalama sambil mengunjungi sejumlah tempat dan makam-makam keramat. Ritual ini dilakukan sebagai pengharapan agar Gamalama tidak meletus, Oleh masyarakat setempat, Gunung Gamalama dipercaya memiliki banyak nilai-nilai keramat. Tak heran jika banyak mitos yang beredar, dan semakin memperkuat kekeramatan gunung ini. Semisal, masyarakat setempat selalu menyarankan pada sebuah tim yang berencana mendaki Gunung Gamalama agar memiliki jumlah anggota yang genap. Sebelum mendaki pun, sebisa mungkin untuk berdoa, agar tidak mengalami halangan dalam perjalanan.

Meski terkesan berbahaya, namun Gunung Gamalama menyimpan pesona kecantikan yang luar biasa. Maka, tak heran jika banyak para penjelajah alam yang sangat tertarik untuk mendaki gunung ini. Hamparan kebun cengkeh dan pala, akan menemani para pendaki selama perjalanan menuju puncak. Begitu sampai di puncak gunung, para pendaki dapat melihat landscape Pulau Ternate. Tak hanya itu, beberapa pulau lainnya, seperti Pulau Tidore, Pulau Halmahera, dan Pulau Maitara, dapat terlihat dari sini.

Selain pemandangan yang mempesona, para pendaki juga akan menemui tempat-tempat unik di gunung tersebut. Di antaranya adalah mata air dalam lekukan batu seluas loyang besar, yang oleh masyarakat setempat disebut dengan mata air Abdas. Konon, mata air ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Maka, tak heran jika masyarakat Ternate begitu mengkeramatkan mata air ini. Sehingga, ada aturan tertentu untuk mengambil air dari mata air Abdas, yakni tidak boleh berebutan, dan tiap-tiap orang hanya diperbolehkan mengambil satu botol.

Selain mata air Abdas, tempat menarik lainnya adalah kuburan leluhur masyarakat Ternate, yang sudah berumur ratusan tahun. Belum diketahui, kenapa kuburan tersebut bisa ada di puncak Gunung Gamalama. Namun yang pasti, masyarakat Ternate sangat mengeramatkan kuburan tersebut. Banyak masyarakat Ternate yang mendaki Gunung Gamalama untuk berziarah di makam leluhur ini.

Beberapa pulai yang dapat di singgahi oleh para pendaki yaitu pulau tidore, pulau maitara, dan pulau Halmahera. Banyak para fotographer alam yang memilih gunung gamalama menjadi tempat yang paling menarik, karena kaki-kaki gunung ini di selimuti oleh hutan montane, hutan ericaceous, serta hamparan kebun cengkih yang di milki oleh warga sekitar gunung gamalama.

Ridho Pratama