Dialog Perihal Kejadian Manusia Yang Berasal Dari Tanah

Bookmark and Share


Artikel ini dinukil dari dialog yang terjadi di kota Sumenep Madura, antara seorang kyai pengasuh pondok pesantren, bernama KH.Bahauddin Mudhary (BM) dengan seorang penginjil bernama Antonius Widuri (AW). Dialog terjadi pada tanggal 09-18 Maret 1970. Selama sembilan malam secara terus-menerus, berturut-turut, atas inisiatif saudara Antonius Widuri, karena keingin-tahuannya terhadap agama Islam. Selama dialog berlangsung ramah, bertempat di rumah Bapak KH.Bahauddin Mudhary, dan disaksikan oleh warga sekitar. Sengaja disini Labbaik mengambil salah satu bab saja untuk dinukil, karena kebetulan pada edisi 30 ini topik pembicaraan adalah tentang manusia. Selamat membaca, semoga bermanfaat :

AW : “Kami telah membaca ayat-ayat Al-Qur’an mengenai asal kejadian manusia dalam kitab terjemahan Al-Qur’an bahasa Indonesia, dalam sebuah surat yang nampaknya antara satu ayat dengan ayat yang lain ada berselisihan sehingga timbul dalam pi kiran saya bukan Bibel saja yg berselisih ayat-ayatnya, tetapi kitab Al-Qur’an demikian juga.


BM : “Silahkan saudara sebutkan ayat-ayat Al-Qur’an yang akan ditanyakan, Insya Allah yang diragukan oleh saudara itu akan terhapus.


AW : “Baiklah, Saya mencatat ayat-ayatnya, saya akan baca. Dikitab Al-Qur’an :


1. Surat Ar-Rahman ayat 14 menyebutkan bahwa Allah menjadikan manusia berasal dari tanah yang dibakar.


2. Di surat Al Hijr ayat 28 menyebutkan: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang manusia (Adam) dari tanah kering dan lumpur hitam yang berbentuk (berupa).”



3. Disurat As Sajadah ayat 7 menyebutkan: “dan Tuhan menciptakan manusia dari Tanah.”


4. Di Surat Ash Shafaat ayat 11 menyebutkan: “Sesungguhnya Aku (Allah) menciptakan manusia berasal dari tanah liat.”


5. Disurat Ali Imran ayat 59 menyebutkan: “Sesungguhnya Aku menciptakan manusia daripada tanah.”


Lima ayat yang saya sebutkan ini antara satu dengan ayat yang lain terdapat perselisihan. Cobalah kita teliti. Di ayat ketiga menyebutkan dari “tanah,”di ayat ke empat menyebutkan daripada “tanah liat.” Di ayat kelima menyebutkan dari pada “tanah.” Bukankah ayat-ayat Al-Qur’an nyata-nyata berselisihan antara yang satu dengan yang lain.



BM : “Ya, nampaknya memang demikian. Saya tidak akan mengecewakan saudara. Teruskan pertanyaan saudara.


AW : “Kami ingin bertanya; yang manakah yang benar tentang asal kejadian manusia itu. Apakah dari tanah yang dibakar, apakah dari tanah kering dan lumpur, atau dari pada tanah biasa, atau dari tanah liatkah ?. Jadi menurut pendapat saya, ayat-ayat Al-Qur’an terdapat perselisihan antara satu ayat dengan ayat yg lain. Bukan ayat-ayat Injil atau di Bibel saja terdapat perselisihan. Kiranya Bapak bisa menerangkan dengan jelas dan tepat.


BM : “Di kitab Al-Qur’an ada menyebutkan bahwa asal kejadian manusia terdiri dari 7 (tujuh) macam kejadian. Agar diketahui juga oleh saudara-saudara yang hadir di sini, saya sebutkan susunan ayat-ayatnya satu demi satu, sebagaimana yang saudara bacakan artinya tadi.


1. Di Surat Ar Rahman ayat 14: “Dia (Allah) menjadikan manusia seperti tembikar , (tanah yang dibakar).” Yang dimaksudkan dengan kata “Shal-shal” di ayat ini adalah: Tanah kering atau setengah kering yakni “Zat pembakar” atau Oksigen.



2. Di ayat itu disebutkan juga kata “Fakhkhar,” yg maksudnya ialah “Zat Arang” atau Carbonium.


3. Di surat Al Hijr, ayat 28: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat; sesungguhnya Aku (Allah) hendak menciptakan seorang manusia (Adam) dari tanah kering dan lumpur hitam yang berbentuk (berupa).” . Di ayat ini. Tersebut juga “shal-shal,” telah saya terangkan, sedangkan kata “Hamaa-in” di ayat tersebut ialah “Zat Lemas” atau Nitrogenium.



4. Di surat As Sajadah ayat 7: “Dan (Allah) membuat manusia berasal dari pada ‘tanah’.” Yang dimaksud dengan kata “thien” (tanah) di ayat ini ialah “Atom zat air” atau Hidrogenium.


5. Di Surat Ash Shaffaat ayat 11: “Sesungguhnya Aku (Allah) menjadikan manusia dari pada Tanah Liat.” Yang dimaksud dengan kata “lazib” (tanah liat) di ayat ini ialah “Zat besi” atau ferrum.



6. Di Surat Ali Imran ayat 59: “Dia (Allah) menjadikan Adam dari tanah kemudian Allah berfirman kepadanya ‘jadilah engkau,’ lalu berbentuk manusia.” Yang dimaksud dengan kata “turab” (tanah) di ayat ini ialah: “Unsur-unsur zat asli yang terdapat di dalam tanah” yang dinamai “zat-zat anorganis.”


7. Di surat Al Hijr ayat 28: “Maka setelah Aku (Allah) sempurnakan (bentuknya), lalu Kutiupkan ruh-Ku kepadanya (Ruh daripada-Ku).”



Ketujuh ayat Al-Qur’an yang saya baca ini Allah telah menunjukkan tentang proses kejadiannya Nabi Adam sehingga berbentuk manusia, lalu ditiupkan ruh kepadanya sehingga manusia bernyawa (bertubuh jasmani dan rohani). Sebagaimana disebutkan pada ayat yang keenam tentang kata “turab” (tanah) ialah zat-zat asli yang terdapat didalam tanah yang dinamai zat anorganis. Zat Anorganis ini baru terjadi setelah melalui proses persenyawaan antara “Fakhkhar” yakni Carbonium (zat arang) dengan “shal-shal” yakni Oksigenium (zat pembakar) dan “hamaa-in” yaitu Nitroge nium (zat lemas) dan Thien yakni Hidrogenium (Zat air). Jelasnya adalah persenyawaan antara: Fakhkhar (Carbonium = zat arang) dalam surat Ar Rahman ayat 14. Shal-shal (Oksigenium = zat pembakar) juga dalam surat Ar Rahman ayat 14. Hamaa-in (Nitrogenium = zat lemas) dalam surat Al Hijr ayat 28. Thien (Hidrogenium = Zat Air) dalam surat As Sajadah, ayat 7. Kemudian bersenyawa dengan zat besi (Ferrum), Yodium, Kalium, Silcum dan Mangaan, yang disebut “laazib” (zat-zat anorganis) dalam surat As Shafaat ayat 11. Dalam proses persenyawaan tersebut, lalu terbentuklah zat yang dinamai protein. Inilah yang disebut “Turab” (zat-zat anorganis) dalam surat Ali Imran ayat 59. Salah satu diantara zat-zat anorganis yang terpandang penting ialah “Zat Kalium,” yang banyak terdapat dalam jaringan tubuh, teristimewa di dalam otot-otot. Zat Kalium ini dipandang terpenting oleh karena mempunyai aktivitas dalam proses hayati, yakni dalam pembentukan badan halus. Dengan berlangsungnya “Proteinisasi,” menjelmakan “proses penggantian” yang disebut “Substitusi.” Setelah selesai mengalami substitusi, lalu menggempurlah electron-electron cosmic yg mewujudkan sebab pembentukan (Formasi), dinamai juga “sebab ujud” atau Causa Formatis. Adapun Sinar Cosmic itu ialah suatu sinar mempunyai kemampuan untuk merubah sifat-sifat zat yang berasal dari tanah. Maka dengan mudah sinar cosmic dapat mewujudkan pembentukan tubuh manusia (Adam) berupa badan kasar (jasmaniah), terdiri dari badan, kepala, tangan, mata, hidung, telinga dan seterusnya. Sampai disinilah ilmu pengetahuan exact dapat menganalisa tentang pembentukan tubuh kasar (jasmaniah, jasmani manusia/Adam). Sedangkan tentang rohani (abstract wetenschap) tentu dibutuhkan ilmu pengetahuan yang serba rohaniah pula, yang sangat erat hubungannya dengan ilmu Metafisika. Cukup jelas tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang saudara sangka berselisih antara satu ayat dengan ayat yang lain dalam hal kejadian manusia (Adam), pada hakikatnya bukanlah berselisih, melainkan menunjukkan proses asal kejadian tubuh jasmani Adam (visible), hingga pada badan halusnya (invisible), sampai berujud manusia.



Apakah belum jelas penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang saya sampaikan pada saudara ? Kalau ada waktu saya akan terangkan juga proses asal kejadian tubuh rohani dari segi ilmu metafisika.


AW : “Sangat jelas, malah betul-betul ilmiah dan saya tidak mengira sekali bahwa ayat-ayat Al-Qur’an itu mengandung ilmu pengetahuan yg tinggi. Mengenai kesang gupan Bapak yg akan menerangkan atau menguraikan proses asal kejadian tubuh rohani manusia itu, betul-betul menarik.


(sumber : Dialog Masalah Ketuhanan Yesus, KH.Bahaudin Mudhary, penerbit Kiblat Centre, Jakarta, cetakan ke : 3, th.1984, hal 73-78)


note : artikel ini telah dimuat dalam Labbaik, edisi : 030/th.03/Rabi’ul Awal-Rabi’ul Tsani 1428H/2007M